assalamualaikum........

Minggu, 18 April 2010

BK

Ditarik kesimpuln dari beberapa kegiatan diskusi, menurut saya sampai saat ini pelaksanaan BK khususnya pada sekolah-sekolah belumlah cukup efektif. Hal ini telah ditelusuri ternyata disebabkan oleh beberapa fakt0r yang menurut saya keefektifan pelaksnaan BK tidak jua mengalami perkembangan yang signifikan.

Fakt0r yang tersebut diatas adalah setidaknya mengenai prinsip dalam pelaksanaan BK yang terdiri dari prinsip umun & prinsip khusus.

Dicontohkan bahwa seorang konselor atau disebut di sekolah dengan istilah Guru BK meski mungkin telah mengenal perbedaan indvidual daripada indvidu-indvidu yang dibimbing (yang terdapat dalam prinsip umum BK), tetapi belum mampu memberikan bimbingan yang tepat sesuai dengan apa yang dibutuhkan oleh indvidu yang bersangkutan. Mengingat seharusnya masing-masing individu/klien secara aktif akan mencari seorang konselor/guru BK untuk mendapatkan pemecahan masalah yang dihadapi, tetapi karena sosok Guru BK di sekolah-sekolah justru menjadi momok yang lebih berperan sebagai pemberi hukuman ketika seorang siswa melanggar tata tertib maka siswa enggan untuk berinteraksi dengan guru BK pun.

Mengenai solusi masalah ini saya pikir hendaknya diadakan semacam seminar untuk para guru BK yang berperan sebagai konselor. Para pembimbing konseling akan mendapatkan beberapa pengertian mengenai pelaksanaan BK yang harus dipahami oleh mereka supaya dalam pelaksanaannya dapat berjalan sesuai prinsip yang terkandung dalam BK itu sendiri.
Juga agar para pembimbing konseling dapat memahami pengertian BK secara benar sehingga mereka dapat menyampaikan pengertian tersebut yang sesungguhnya kepada siswa. Karena, individu/para siswa sangatlah perlu diberi pemahaman BK juga.Jadi kedua pihak antara konselor & klien dapat melaksanakan BK dengan sama-sama memahami BK secara menyeluruh.


Rabu, 18 November 2009

Phonotactics




Phonotactics (in Greek phone = voice and tactic = course) is a branch of phonology that deals with restrictions in a language on the permissible combinations of phonemes. Phonotactics defines permissible syllable structure, consonant clusters, and vowel sequences by means of phonotactical constraints.

Phonotactic constraints are language specific. For example, in Japanese, consonant clusters like /st/ are not allowed, although they are in English. Similarly, the sounds /kn/ and /ɡn/ are not permitted at the beginning of a word in Modern English but are in German and Dutch, and were permitted in Old and Middle English.

Syllables have the following internal segmental structure:

* Onset (optional)
* Rime (obligatory, comprises Nucleus and Coda):
o Nucleus (obligatory)
o Coda (optional)

Both onset and coda may be empty, forming a vowel-only syllable, or alternatively, the nucleus can be occupied by a syllabic consonant.
[edit] English phonotactics
Main article: English phonology#Phonotactics

The English syllable (and word) twelfths /twɛlfθs/ is divided into the onset /tw/, the nucleus /ɛ/, and the coda /lfθs/, and it can thus be described as CCVCCCC (C = consonant, V = vowel). On this basis it is possible to form rules for which representations of phoneme classes may fill the cluster. For instance, English allows at most three consonants in an onset, but among native words under standard accents, phonemes in a three-consonantal onset are limited to the following scheme:[1]

/s/ + pulmonic + approximant:

* /s/ + /m/ + /j/
* /s/ + /t/ + /j ɹ/
* /s/ + /p/ + /j ɹ l/
* /s/ + /k/ + /j ɹ l w/


This constraint can be observed in the pronunciation of the word blue: originally, the vowel of blue was identical to the vowel of cue, approximately [iw]. In most dialects of English, [iw] shifted to [juː]. Theoretically, this would produce **[bljuː]. The cluster [blj], however, infringes the constraint for three-consonantal onsets in English. Therefore, the pronunciation has been reduced to [bluː] by elision of the [j].

Other languages don't share the same constraint: compare Spanish pliegue [ˈpljeɣe] or French pluie [plɥi].
[edit] Sonority hierarchy

In general, the rules of phonotactics operate around the sonority hierarchy, stipulating that the nucleus has maximal sonority and that sonority decreases as you move away from the nucleus. The voiceless alveolar fricative [s] is lower on the sonority hierarchy than the alveolar lateral approximant [l], so the combination /sl/ is permitted in onsets and /ls/ is permitted in codas, but /ls/ is not allowed in onsets and /sl/ is not allowed in codas. Hence slips /slɪps/ and pulse /pʌls/ are possible English words while *lsips and *pusl are not.

This said, in some cases /s/ is "invisible" to the sonority hierarchy; As a fricative, it is more sonorant than the plosive /t/. However, combinations like [stil], which violates the sonority hierarchy are seen and are even common in English. This same property is seen in many other languages for either /s/ or /z/ and is thus a human universal.

Minggu, 15 November 2009

Sejarah kebudayaan di Indonesia


Indonesia merupakan negara Muslim terbesar di seluruh dunia. Muslim di Indonesia juga dikenal dengan sifatnya yang moderat dan toleran. Sejarah awal penyebaran Islam di sejumlah daerah yang sekarang dikenal sebagai Indonesia sangatlah beragam. Penyebaran Islam di tanah Jawa sebagian besar dilakukan oleh walisongo (sembilan wali). Berikut ini adalah informasi singkat mengenai walisongo.

"Walisongo" berarti sembilan orang wali. Mereka adalah Maulana Malik Ibrahim, Sunan Ampel, Sunan Giri, Sunan Bonang, Sunan Dradjad, Sunan Kalijaga, Sunan Kudus, Sunan Muria, serta Sunan Gunung Jati. Mereka tidak hidup pada saat yang persis bersamaan. Namun satu sama lain mempunyai keterkaitan erat, bila tidak dalam ikatan darah juga dalam hubungan guru-murid.

Maulana Malik Ibrahim adalah yang tertua. Sunan Ampel adalah anak Maulana Malik Ibrahim. Sunan Giri adalah keponakan Maulana Malik Ibrahim yang berarti juga sepupu Sunan Ampel. Sunan Bonang dan Sunan Drajad adalah anak Sunan Ampel. Sunan Kalijaga merupakan sahabat sekaligus murid Sunan Bonang. Sunan Muria anak Sunan Kalijaga. Sunan Kudus murid Sunan Kalijaga. Sunan Gunung Jati adalah sahabat para Sunan lain, kecuali Maulana Malik Ibrahim yang lebih dahulu meninggal.

Mereka tinggal di pantai utara Jawa dari awal abad 15 hingga pertengahan abad 16, di tiga wilayah penting. Yakni Surabaya-Gresik-Lamongan di Jawa Timur, Demak-Kudus-Muria di Jawa Tengah, serta Cirebon di Jawa Barat. Mereka adalah para intelektual yang menjadi pembaharu masyarakat pada masanya. Mereka mengenalkan berbagai bentuk peradaban baru: mulai dari kesehatan, bercocok tanam, niaga, kebudayaan dan kesenian, kemasyarakatan hingga pemerintahan.

Pesantren Ampel Denta dan Giri adalah dua institusi pendidikan paling penting di masa itu. Dari Giri, peradaban Islam berkembang ke seluruh wilayah timur Nusantara. Sunan Giri dan Sunan Gunung Jati bukan hanya ulama, namun juga pemimpin pemerintahan. Sunan Giri, Bonang, Kalijaga, dan Kudus adalah kreator karya seni yang pengaruhnya masih terasa hingga sekarang. Sedangkan Sunan Muria adalah pendamping sejati kaum jelata.

Era Walisongo adalah era berakhirnya dominasi Hindu-Budha dalam budaya Nusantara untuk digantikan dengan kebudayaan Islam. Mereka adalah simbol penyebaran Islam di Indonesia. Khususnya di Jawa. Tentu banyak tokoh lain yang juga berperan. Namun peranan mereka yang sangat besar dalam mendirikan Kerajaan Islam di Jawa, juga pengaruhnya terhadap kebudayaan masyarakat secara luas serta dakwah secara langsung, membuat "sembilan wali" ini lebih banyak disebut dibanding yang lain.

Masing-masing tokoh tersebut mempunyai peran yang unik dalam penyebaran Islam. Mulai dari Maulana Malik Ibrahim yang menempatkan diri sebagai "tabib" bagi Kerajaan Hindu Majapahit; Sunan Giri yang disebut para kolonialis sebagai "paus dari Timur" hingga Sunan Kalijaga yang mencipta karya kesenian dengan menggunakan nuansa yang dapat dipahami masyarakat Jawa -yakni nuansa Hindu dan Budha


Melayu
Sebenarnya apa yang disebut orang Melayu bukanlah suatu komunitas etnik atau sukubangsa sebagaimana dimengerti banyak orang dewasa ini. Ia sebenarnya mirip dengan bangsa atau kumpulan etnik-etnik serumpun yang menganut agama yang sama dan menggunakan bahasa yang sama. Ke dalamnya melebur pula penduduk keturunan asing seperti Arab, Persia, Cina dan India, disamping keturunan dari etnik Nusantara lain. Semua itu dapat terjadi karena selain mereka hidup lama bersama orang Melayu, karena juga memeluk agama yang sama serta menggunakan bahasa Melayu dalam penuturan sehari-hari. Inilah yang menyebabkan orang Melayu memiliki keunikan tersendiri dibanding misalnya orang Jawa atau Sunda.
Etnik-etnik serumpun lain pada umumnya menempati suatu daerah tertentu. Tetapi orang Melayu tidak. Mereka tinggal di beberapa wilayah yang terpisah, bahkan di antaranya saling berjauhan. Namun di mana pun berada, bahasa dan agama mereka sama, Melayu dan Islam. Adat istiadat mereka juga relatif sama, karena didasarkan atas asas agama dan budaya yang sama. Karena itu tidak mengherankan apabila Kemelayuan identik dengan Islam, dan kesusastraan Melayu identik pula dengan kesusastraan Islam. Bagi mereka yang tidak mengetahui latar belakang sejarahnya fenomena ini tidak mudah dipahami. Untuk itu uraian tentang sejarahnya sangat diperlukan.
Setidak-tidaknya ada delapan faktor yang menyebabkan orang Melayu mengidentifikasikan diri dan kebudayaannya dengan Islam. Pertama, faktor perdagangan; kedua, perkawinan, yaitu antara pendatang Muslim dengan wanita pribumi pada tahap awal kedatangan Islam; ketiga, faktor politik seperti mundurnya kerajaan Hindu dan Buddha seperti Majapahit dan Sriwijaya; keempat, faktor kekosongan budaya pasca runtuhnya kerajaan Buddhis Sriwijaya di kepulauan Melayu; kelima, hadirnya ulama sufi atau faqir bersama tariqat-tariqat yang mereka pimpin; keenam, pengislaman raja-raja pribumi oleh para ulama sufi atau ahli tasawuf; ketujuh, dijadikannya bahasa Melayu sebagai bahasa penyebaran Islam dan bahasa pengantar di lembaga-lembaga pendidikan Islam; delapan, mekarnya tradisi intelektual baru di lingkungan kerajaan-kerajaan Melayu sebagai dampak dari maraknya perkembangan Islam.
Faktor perdagangan telah sering dikemukakan. Agama Islam muncul di Nusantara disebabkan kehadiran pedagang-pedagang Muslim dari negeri Arab dan Persia sejak abad ke-8 dan 9 M. Dengan ramainya kegiatan pelayaran dan perdagangan yang dilakukan kaum Muslimin pada abad-abad berikutnya, terutama dari abad ke-11 hingga abad ke-17 M, perkembangan agama Islam ikut marak pula. Pada mulanya komunitas Islam tumbuh di kota-kota pesisir yang merupakan pelabuhan utama atau transit pada zamannya. Di sini tidak sedikit pedagang Muslim asing itu tinggal lama dan kawin mawin dengan penduduk setempat. Semua itu merupakan cikal bakal berkembangnya komunitas Islam di Nusantara. Kegiatan perdagangan dan penyebaran Islam kemudian juga melibatkan penduduk pribumi, termasuk orang Melayu dan etnik-etnik pesisir lain yang meleuk agama Islam. Tradisi dagang (merantau untuk berniaga) lantas tumbuh di kalangan etnik pesisir ini.
Tahapan Perkembangan Islam
Agama Islam berkembang tahap demi tahap di kepulauan Nusantara, melalui jalan yang berliku-liku dan berbeda di daerah yang satu dengan yang lain. Masa-masa penyebarannya itu juga tidak berjalan serentak di wilayah yang berbeda-beda. Ketika di suatu kawasan baru berada dalam tahap pengenalan dasar-dasar dan pokok ajaran agama, di daerah lain telah memasuki fase pengenalan implikasi-implikasi rasional dan intelektual dari ajaran Islam tentang Tauhid. Secara umum tahapan-tahapan perkembangan itu dari abad ke-13 s/d awal abad ke-20 dapat dibagi lima.
Tahap I, dari awal abad ke-13 M hingga pertengahan abad ke 15 M, dapat disebut tahapan pemelukan secara formal. Yang ditekankan ialah pengenalan dasar-dasar kosmopolitanis Islam, ketentuan dasar pelaksanaan syariat agama dan fiqih.
Tahap II, dari akhir abad ke-15 hingga akhir abad ke-16 M. Periode ini proses islamisasi kepulauan Melayu berjalan dengan pesat diikuti kian tersebarnya Islam ke berbagai pelosok Nusantara. Berkat meningkatnya tingkat pemahaman dan pendidikan yang diperoleh kaum Muslimin, ajaran Islam kian dipahami lebih mendalam. Memeluk agama Islam tidak sekadar formalitas. Di kepulauan Melayu dan pesisir Jawa tradisi intelektual Islam mulai terbentuk. Kitab-kitab keagamaan dan sastra Islam telah ditulis dengan produktifnya dalam bahasa Melayu dan Jawa Madya. Pengaruh tasawuf sangat dominan dalam pemikiran keagamaan dan penulisan karya sastra. Implikasi rasional dan intelektual dari ajaran Islam kian dilibatkan dalam penyebaran agama Islam. Pada masa ini kita menyaksikan semakin terintegrasinya kebudayaan Melayu dengan Islam.
Tahap III berlangsung pada abad ke-17 M, adalah tahapan penyempurnaan pemahaman ajaran Islam dan tradisi intelektualnya. Pada masa ini kita menyaksikan suburnya penulisan sastra dan kitab keagamaan dalam bahasa Melayu. Pokok-pokok yang dibahas dalam kitab-kitab Melayu meliputi bidang-bidang seperti fiqih ibadah dan muamalah, fiqih duali (ketatanegaraan), syariah, usuluddin, kalam, tasawuf falsafah dan tasawuf akhlaq, tafsir al-Qur’an, ilmu hadis, eskatologi, historiografi, tatabahasa (nahwu), retorika, ilmu ma`ani (semantik), estetika (balaghah), astromomi, ilmu hisab, perkapalan, ekonomi dan perdagangan, sastra dan seni, ketabiban, farmasi, dan lain-lain. Kemajuan yang dicapai di bidang intelektual ini mempermantap kedudukan dan perkembangan bahasa Melayu.
Tahap IV pada abad ke-18 – 19, terjadi proses ortodoksi atau penekanan terhadap syariah. Ini memberi dampak besar bagi perkembangan tariqat. Beberapa tariqat sufi mengalami pembaruan dan tumbuh menjadi organisasi keagamaan yang kian memberikan perhatian pada aktivisme keduniaan. Pada abad ke-18 dan 19 M proses ortodoksi ini mendorong lahirnya gerakan anti-kolonial yang merata di seluruh kepulauan Nusantara. Pengaruh gerakan pemurnian agama yang muncul di Arab Saudi pada akhir abad ke-18, Wahabisme, semakin memperkuat kecenderungan pada syariat dan fiqih. Tidak berarti tasawuf falsafah terhambat perkembangannya. Pada tahapan ini Islam muncul sebagai kekuatan efektif menentang kolonialisme. Sementara itu proses islamisasi juga terus berlangsung, bahkan kian deras dan Islam semakin mengukuhkan diri sebagai faktor inetgratif atau pemersatu bangsa Indonesia.
Tahap V munculnya gerakan pembaharuan (tajdid). Gerakan-gerakan keagamaan tumbuh menjadi gerakan kebangsaan. Sebagian seperti SI (Sarekat Islam) menekankan pada perjuangan politik, sebagian lagi seperti Muhammadiyah menekankan pada bidang sosial seperti pendidikan dan dakwah. Islam tradisional juga bangkit, ditandai dengan berdirinya organisasi seperti NU. Lembaga pendidikan tradisional, khususnya pesantren, mengalami revitalisasi dan dari waktu ke waktu kian relevan sebagai model pendidikan alternatif di tengah derasnya proses sekularisasi pendidikan nasional. Walaupun umat Islam tidak berhasil menyalurkan aspirasinya dalam bidang politik sejak Pemilu 1955, namun bangunan budayanya masih tetap utuh.
Pada tahapan pertama, daya tarik Islam yang menyebabkan penduduk Nusantara memeluk agama ini ialah watak dan semangat egaliternya, serta kehidupan pemeluknya yang awal yang terdiri dari para pedagang yang kaya, makmur dan terpelajar. Dengan memeluk agama ini penduduk pribumi berpeluang meningkatkan taraf hidup dan status sosialnya. Misalnya dapat berpartisipasi dalam perdagangan regional dan antar pulau, serta dapat memasukkan anak-anak mereka ke lembaga-lembaga pendidikan yang didirikan di mana saja terdapat komunitas Muslim. Melalui cara itu pula mereka menjadi bagian dari masyarakat kosmopolitan dan naik martabatnya. Sudah menjadi kebiasaan di mana saja terdapat komunitas Islam dalam jumlah besar, di situ hadir pula para pendakwah dan guru agama. Masjid-masjid didirikan, begitu pula madrasah. Pengajian-pengajian diselenggarakan secara intensif.





Rabu, 30 September 2009

lagi dan lagi.. lagy dan lagy

Senin, 14 September 2009

yang satu lagi semangat ajarin blog
yang satu pengen cabut,,,
?????????

huft,,,, aq sndri pengen shoping,,,wkwkwk

kembali ngeblog dg copy paste

tp aQ t' sggup
teruz brtangkai di balik alang2
& tnp sapaan mentari..
aQ t' mw sndri...

bukanlah kuasaQ
trz kepakkan sayap tnp helamu
yg mampu hmbuskan ragaQ

ych.. aQ akn mnjmputmu
selag! pduLi b'smayam di hati ini
% hny u/ kberadaanmu..


aQ akn mmbw hasratmu
mng!tari negri tawaQ
akn Q si2hkn separuh sukaQ
kdlm separuh candamu
krn Qaulah yg pa2t singgah
di !stana kecer!aanQ...

sa_H_batQ...

Rabu, 26 Agustus 2009

tryin' to '',)

pengen menjelajahimu kembali,,,,,,,